Rahim Pengganti

Bab 153 "Gosip yang Menyebar"



Bab 153 "Gosip yang Menyebar"

0Bab 153     
0

Gosip Yang Menyebar     

Gina mengajak, menekan kata kata terakhirnya, supaya orang orang di sana mendengar dengan jelas.     

"Fotoin aja mbak. Kasihkan sama ibu kepala, biar dia tahu bagaimana tingkah menantu nya yang kata nya baik hati dan tidak sombong itu mulia tahu nya tukang selingkuh," ucapnya lagi.     

Gina hanya diam, wanita itu tidak mau merendahkan dirinya sendiri di depan umum. Biarkan orang lain berkata apa yang jelas diri nya tidak seperti apa yang mereka bicarakan. Ryu dan Gina segera menuju teater di mana mereka akan menonton, kelima wanita itu terus saja membicarakan Gina.     

"Mereka harus diberikan pelajaran dek. Abang gak suka lihat kamu digunjingkan seperti ini."     

"Santai bang, tenang biarkan ibu mertua yang menyelesaikan semuanya. Mereka mau laporan sama ibu kepala, melaporkan bagaimana aku yang selingkuh. Padahal ibu udah tahu, kalau kita pergi bersama."     

Ryu hanya geleng geleng kepalanya melihat sikap sang adik yang begitu santai dalam menghadapi orang orang tersebut. Sedangkan Ryu sudah ingin, memberikan pelajaran kepada mereka.     

***     

Dua jam di dalam bioskop, membuat Ryu bosan. Sebenarnya, Ryu sangat anti menonton film seperti saat ini hanya saja karena, ada sesuatu hal yang membuat Ryu mengajak adiknya itu untuk pergi bersama. Setelah selesai kedua nya lalu, pergi ke salah satu tempat makan. Seolah ditakdirkan kembali, Gina dan juga Ryu dipertemukan dengan lima orang wanita heboh tadi, yang ternyata makan di tempat itu.     

"Pindah aja yok dek," ajak Ryu. Pergi sangat malas jika harus berusaha dengan mereka mereka, yang tidak penting itu. Tapi bukan nya, menjawab ucapan dari sang Abang. Gina malang, semakin membuat Ryu masuk dan menggandeng pria itu dengan begitu mesra. "Dek … kamu itu, bikin mereka makin menjadi gosipin kamu," ucap Ryu.     

"Biarin aja bang, aku mau lihat bagaimana mereka bakalan membuat sebuah cerita," ucap Gina. Ryu hanya bisa pasrah, pria itu mengikuti semua hal yang diinginkan oleh adik nya. Rencana nya setelah makan, mereka akan bicara penting sesuai dengan rancangan awal kenapa mereka pergi di waktu libur seperti saat ini, mereka berdua lalu duduk di tempat yang sedikit jauh dari mereka, dan hal itu dimanfaatkan oleh Ryu supaya lebih nyaman.     

Gina langsung memesan beberapa makanan, untuk mereka. Sesekali mata nya melirik, bagaimana kelima wanita yang tak jauh dari mereka sedang bergunjing, bahkan sudah banyak foto yang di ambil oleh mereka. Di dalam hati, Gina tersenyum lepas wanita itu sengaja membuat Ryu yang terlihat dengan sangat jelas. Agar mereka bisa memotret wajah, Ryu dengan begitu pas.     

Tak membutuhkan waktu lama, makanan yang dipesan oleh Gina sudah sampai dan mereka mulai memakan nya sesekali Gina menyendokkan makanan ke mulut Ryu, dan hal itu membuat mereka yang ada di sana histeris.     

"Mereka kenapa sih dek? Emang kamu punya masalah apa dengan mereka. Kenapa mereka seperti tidak suka?" tanya Ryu. Pria itu bukan nya tidak tahu, alasan sang adik seperti saat ini. Ryu hanya tidak mau, membuat Gina jadi berada di posisi yang tidak tepat. "Mereka itu nggak suka sama aku bang, hal itu terjadi karena adik dari salah satu mereka suka dengan Mas Daffa. Tapi ibu bukan nya memilih waktu itu, tapi malahan menikah kan aku sama Mas Daffa. Maka nya mereka seperti ini sama aku, udah Abang gak perlu khawatir semua akan sesuai rencana," ucap Gina.     

"Abang cuma gak mau, kalau kamu terluka ya dek. Kasih tahu Abang, kalau ada yang menyakiti kamu, sekali pun itu Daffa suami kamu itu."     

"Siap Abang sayang terima kasih untuk semua nya."     

Mereka kembali melanjutkan makan nya, sedangkan kelima orang tadi sudah pergi entah kemana. Gina hanya tinggal menunggu saja bagaimana gosip yang beredar, seperti apa sudah sangat lama Gina ingin memberikan pelajaran untuk mereka yang dengan mudah nya bersikap semaunya seperti itu, dan dengan cara ini Gina berharap mereka bisa jera dan tidak menganggu diri nya lagi.     

"Oke Abang bisa cerita alasan kenapa ajak aku ke sini?" ucap Gina. Kedua nya sudah selesai makan siang bersama, Ryu yang langsung di serang seketika terdiam. Pria itu bingung harus bersikap seperti apa, yang jelas diri nya saat ini harus berkata jujur dengan sang adik. Gina adalah teman curhat Ryu, mau seperti apa Ryu dekat dengan Melody tapi tetap Gina adalah orang yang akan dijadikannya teman untuk berbagi cerita.     

"Abang pengen ngelamar Putri." Gina terdiam, wanita itu menatap ke arah sang Abang dengan tatapan yang begitu sulit di artikan, bagaimana bisa Ryu berkata seperti itu. "Kak Putri, sekretaris Abang itu?" tanya Gina. Karena hanya ada satu nama Putri yang menurut Gina dekat dengan Ryu, dan selama beberapa waktu tidak pernah Gina mendengar nama Putri lain yang disebutkan oleh Ryu.     

"Iya … Abang dan Putri udah hampir 6 bulan ini, menjalin hubungan. Dan Abang gak mau melepaskan dia," ucap Ryu.     

Mata Gina kembali melotot, tidak menyangka dengan apa yang diucapkan oleh Ryu, sungguh selama ini diri nya mengira Ryu dan Putri hanya dekat seperti biasa tidak ada suatu hubungan yang di jaga oleh kedua nya. Namun, mendengar hal ini membuat Gina tidak percaya akan hal itu. "Pacaran? Kalian pacaran jadi, saat aku nikah kalian udah pacaran?" tanya Gina. Untunglah nada bicara wanita itu, tidak terlalu besar jika saja hal itu terjadi, tidak tahu bagaimana Ryu bisa berkata kata. "Sebenarnya Putri gak mau pacaran, dia hanya mau langsung menikah. Apalagi, kemarin dia bilang gak mau dosa karena menjalin hubungan yang dilarang sama agama." Dari ucapan Ryu terdengar bahwa pria itu sangat frustasi, Gina tahu bagaimana taat nya Putri sebagai seorang wanita dan muslim, jika banyak nya sekretaris di luar sana yang menggunakan pakaian seksi untuk bekerja berbeda dengan Putri. Gadis itu memakai hijab, dan selalu berusaha tetap sesuai dengan pekerjaan nya. Wajar saja, jika Putri tidak mau pacaran dan langsung menikah. "Apa kak Putri dijodohkan bang? Biasa nya, selain tidak mau pacaran karena dosa. Hal lain nya, juga karena dijodohkan oleh orang tua nya." Ryu menggelengkan kepalanya. "Tidak abang juga sudah bertanya mengenai hal itu, dan meminta putri untuk jujur. Tapi memang alasan terbesar nya karena takut berdosa," ucap Ryu.     

Gina menganggukkan kepalanya, wanita itu mengerti apa yang menjadi keresahan yang dialami oleh Ryu saat ini, "Jadi Abang mau nya gimana? Abang mau ngelamar kak putri kapan?" tanya Gina.     

"Itu dia, Abang bingung dek. Suami nya kak Melody dari orang yang sederajat, begitu juga dengan suami kamu. Sedangkan Putri berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Abang gak mau jika nanti nya, Bunda atau ayah menolak Putri. Dan jika hal itu terjadi, Abang yakin jika nanti Putri pasti akan menjauh dan tidak mau mengenal Abang lagi."     

"Kenapa seperti itu?" tanya Gina.     

"Salah satu alasan nya adalah status kita dek. Putri merasa tidak pantas, menjalin hubungan dengan abang yang punya segala nya, sedangkan dirinya berbeda," jelas Ryu. Pria itu juga mulai terlihat gelisah dengan, apa yang sudah terjadi, raut wajah Ryu terlihat begitu khawatir.     

"Abang, kalau Abang serius dengan kak Putri, Abang harus bisa ajak kak Putri ke rumah, terus bilang dengan lantang nya dengan ayah dan bunda. Gina yakin, ayah dan bunda bukan oranh yang sepicik itu, apa Abang lupa bagaimana Oma Ratih dulu menerima bunda? Bunda seorang anak dari panti asuhan, tapi Oma tetap menerima Bunda. Aku yakin, hal itu juga terjadi sama Abang. Kedua orang tua kita bukan orang tua yang mementingkan kekayaan, mereka akan juga mencari kebahagiaan untuk anak anak nya."     

Ryu terdiam, pria itu menatap ke arah sang adik dengan tatapan yang begitu intens. "Kamu bahagia dek?" tanya Ryu. Senyuman begitu indah terbit di bibir Gina, wanita itu begitu bahagia. Meskipun kedua nya, belum juga mengungkapkan apa yang ada di dalam hati mereka tapi, perhatian satu dengan lain nya di antara mereka sudah terbukti dengan nyata.     

"Bahagia bang, meskipun emang awal nya sangat sulit. Abang tahu gimana rasa nya di saat orang lain masih bisa ketawa ketiwi sedangkan kita harus mengurusi suami, tapi balik lagi semua yang aku takutkan tidak terjadi semua nya baik baik saja. Bahkan dunia pernikahan yang begitu mengerikan tidak terjadi, kebahagiaan yang aku dapat kan. Punya suami yang baik, dan mertua yang luar biasa," jawab Gina dengan senyum yang tidak pernah luntur.     

Gina sangat bersyukur dengan hal itu, bahkan harus nya sejak awal mereka membuka hati satu dengan lain nya. Agar manis nya pernikahan selalu, tercurah dengan begitu banyak.     

Ryu tersenyum adik kecil nya itu sudah berubah menjadi seorang wanita dewasa yang begitu baik dan semakin mandiri. Mereka berdua kembali melanjutkan apa yang menjadi topik utama kedua nya bertemu, banyak hal yang diusulkan oleh Gina dan hal itu juga membuat Ryu berfikir dengan begitu dalam, dan akhir nya dengan banyak nya dukungan yang diberikan oleh Gina kepada Abang mau membuat Ryu semakin yakin untuk melangkahkan kakinya ke depan.     

Berjalan dengan baik dan benar, ke arah depan di mana masa depan itu terjadi, masa di mana setiap orang berhak untuk mencari kebahagiaannya sendiri.     

***     

Pukul 19.00 Gina sampai di rumah dinas, wanita itu diantar oleh Ryu dan hal itu membuat kehebohan tersendiri dari para istri prajurit yang tidak menyukai Gina. Melihat sikap itu, hanya membuat Gina semakin membuat panas mereka. Dengan memberikan kecupan untuk Ryu di pipi Abang nya itu. Hal tersebut sontak saja membuat Ryu kaget.     

Karena tidak biasa nya Gina bersikap seperti itu, setelah drama singkat tersebut. Mobil Ryu segera beranjak dari tempat tersebut, dan Gina langsung masuk ke dalam rumah nya.     

Gina langsung membersihkan diri nya masuk ke dalam kamar mandi, wanita itu begitu merindukan kasus nya dua malam tidur di rumah sang mertua membuat Gina merindukan tempat tidur nya, tempat dimana diri nya dan Daffa memadu kasih, mengingat hal itu membuat Gina jadi tersenyum.     

Suara panggilan telpon berbunyi, tepat ketika Gina keluar dari dalam kamar mandi, Gina segera mengangkat panggilan tersebut yang berasal dari sang bunda.     

"Hallo. Iya bunda," jawab Gina.     

"Udah makan nak?" tanya bunda Carissa. Tadi pagi ayah dan bunda nya berangkat ke Bogor, untuk menghadiri acara keluarga, yang seharusnya Gina juga ikut tapi karena Gina menginap di rumah mertua nya hal itu tidak jadi. "Udah Bund, tadi pergi bareng abang. Jadi sebelum pulang pasti di suruh makan dulu," ucap Gina. Carissa tersenyum begitu lebar, kedua ibu dan anak itu saling bercerita seperti ini bunda Carissa akan selalu menghubungi Gina walau hanya sekedar bertanya kabar atau apapun.     

"Tumben Abang ajak kamu pergi gak bilang bunda. Ada apa sih?" tanya bunda Carissa, wanita itu kembali kepo dengan hal apa yang terjadi. Hal itu membuat Gina tertawa karena kalau sudah seperti ini, Gina sangat yakin nanti nya sang bunda akan terus meneror diri nya bertanya mengenai ini dan itu yang akhir nya membuat Gina membuka apa yang akan terjadi. Namun, kali ini seperti nya diri nya tidak bisa mengatakan hal tersebut, bisa bisa Gina langsung diberikan tatapan tajam dari Ryu. "Biasa lah Bund. Nanti bunda bakalan tahu sendiri kok, tenang aja," ucap Gina dengan penuh semangat. Hal tersebut, semakin membuat bunda Carissa kepo dengan apa yang terjadi, dan rencana tentang apa yang akan dilakukan oleh anak laki lakinya itu.     

Setelah selesai telpon dari sang bunda, Gina baru saja akan memejamkan mata nya kembali ponsel nya berdering dengan panggilan sang mertua. Gina yakin, jika kabar yang terjadi hari ini, sudah terdengar oleh sang mertua sehingga membuat ibu Sri langsung menghubungi Gina.     

"Hallo ibu," sapa Gina.     

"Udah tidur nak?" tanya Ibu Sri mengingat jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam. "Belum Bu, ada apa?" tanya Gina balik, wanita itu menunggu apa yang ingin di ucapkan oleh sang mertua, bahkan Gina tidak sabar menjelaskan semua nya jika apa yang terjadi tadi sore.     

"Ibu cuma mau bilang, kamu hebat banget sih nak."     

Dahi Gina berkerut, kenapa bisa sang mertua berkata seperti itu. Apa yang sudah Gina, lakukan sehingga membuat sang mertua mengatakan hal seperti itu. "Emang kenapa Bu?" tanya Gina lagi.     

"Iya … kamu itu hebat banget, kamu tahu gak. Mereka yang sering ngomongin kamu dibelakang, dipanggil sama bapak besok."     

Gina kaget mendengar hal itu, kenapa bisa hal itu terjadi. Ibu Sri mulai menceritakan semua nya, hal ini bermula ketika salah satu mereka mengirimkan foto Gina bersama dengan seorang pria yang mereka tidak tahu siapa, ke group dengan mengatakan meminta untuk Ibu Sri bertindak karena sudah mencoreng nama baik kesatuan. Sedangkan saat itu bapak Joyo sedang memegang handphone sang istri. Melihat hal itu membuat, sang mertua marah besar. Pria itu tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh mereka, dan meminta mereka semua berserta suami nya untuk datang ke kantor.     

Kaget itulah yang terjadi, Gina tidak pernah menyangka hal itu bisa terjadi apa lagi dengan kemarahan sang mertua yang membuat Gina jadi tidak enak. Takut jika apa yang sudah diri nya lakukan tadi malahan membuat sang mertua menjadi malu.     

"Bapak marah sama aku juga ya bu?" tanya Gina dengan hati hati, wanita itu sangat takut jika sang ayah mertua juga marah dengan apa yang sudah diri nya lakukan tadi siang.     

"Nggak dong, mana mungkin bapak marah sama menantu kesayangannya, kamu hanya di minta datang besok, agar mereka semua tahu bahwa apa yang selama digunjingkan oleh mereka salah, maka nya ibu senang banget saat bapak baca dan langsung mengambil tindakan."     

Gina hanya mendengarkan saja apa yang diucapkan oleh sang mertua, obrolan mereka terputus ketika hari sudah sangat malam. Setelah panggilan tersebut terputus, Gina mulai meletakkan ponsel nya dan mulai memejamkan matanya. Namun, rasa kantuk yang tadi menyerang diri nya seketika hilang karena memikirkan apa yang oleh sang mertua membuat pikiran Gina terpusat ke sana. Wanita itu memikirkan apa yang akan terjadi nanti di sana, ada sedikit rasa takut menyelimuti perasaan Gina .     

***     

Pagi hari yang begitu cerah Gina dikagetkan dengan ketukan pintu dari sang mertua yang sudah datang ke rumah nya pagi ini.     

"Hallo sayang. Kamu baru bangun ya," ucap ibu Sri dengan senyuman yang begitu lebar. Gina yang baru saja terbangun dari tidurnya sangat kaget dengan kedatangan sang mertua yang secara tiba tiba berada di depan nya saat ini. "Astaga ibu, maafkan Gina yang baru bangun," ucap Gina. Ibu Sri tersenyum, "Gak apa apa, nak. Ini ibu bawa sarapan." Kedua nya sudah masuk ke dalam rumah, melihat sang mertua membawa makanan semakin membuat Gina tidak enak dengan apa yang terjadi pagi ini, Ibu Sri segera meminta Gina untuk bersiap, supaya mereka bisa sarapan bersama.     

Dua puluh menit berlalu, Gina sudah siap dengan seragam hijau nya. Hari ini dirinya akan ikut sang mertua datang ke kantor untuk menjelaskan semuanya, Gina dan Ibu Sri sarapan bersama, kedua nya terlihat dengan sangat ceria. Selesai sarapan pagi, kedua nya lalu pergi bersama dengan Dewa yang ternyata menunggu mereka di dalam mobil.     

"Ibu lama banget sih, aku kan capek nunggunya," ucap Dewa kesal.     

"Salah kamu sendiri, di suruh masuk ogah. Bilang di sini aja, lebih enak padahal kalau masuk tadi, kan bisa makan. Belum sarapan, kan?" goda Ibu Sri.     

Dewa hanya mendengus kesal, pria itu malas jika masuk ke dalam rumah sang kakak ipar karena banyak pasang mata yang seolah akan mengikutinya jika diri nya masuk, dan hal itu membuat Dewa malas berlama lama di dalam sana.     

"Ini buat kamu," ucap Gina. Gadis itu memberikan makanan untuk sang adik ipar supaya dewa juga bisa ikut makan bersama. "Kakak ipar gue emang terbaik, makasih kakak ipar."     

Ibu Sri hanya geleng geleng kepala melihat, tingkah laku sang anak yang memang selalu bisa membuat semuanya orang tertawa akan hal tersebut.     

Mobil yang dikendarai oleh Dewa segera pergi menuju, ke tempat pertemuan tersebut. Tidak banyak pembahasan yang mereka lakukan, hanya perbincangan singkat.     

"Bu lama nggak?" tanya Dewa.     

"Kenapa?" tanya Ibu Sri kembali.     

"Aku mau pulang aja, capek banget Bu."     

Ibu Sri langsung berkomentar, dan Gina melihat perdebatan kecil yang terjadi di depan nya saat ini, jika sang ibu mertua sudah mengeluarkan banyak hal membuat Gina hanya bisa pasrah dan kasihan dengan tingkah sang adik ipar yang memang selalu bisa membuat mereka tertawa.     

***     

Di dalam ruangan tersebut, Gina hanya banyak diam apa lagi ketika mereka semua mulai menyerang nya wanita itu tidak takut dengan tatapan yang begitu mencengkeram di depan sana.     

"Bagaimana bisa seorang istri prajurit melakukan hal tercela seperti ini, kami tidak setuju dengan kedatangan dia. Harusnya bapak dan ibu lebih selektif lagi dalam memilih calon istri untuk Kapten Daffa, orang yang harus nya berpendidikan tinggi. Dan bisa menjaga kehormatan suami, masa suami sedang berjuang demi negara bertarung nyawa, antara hidup dan mati eh istri nya di sini malahan senang senang dengan pria lain," ucap wanita yang berbando merah. Wanita itu memang sudah sejak awal tidak pernah menyukai Gina, semua berawal karena adik nya di tolak mentah mentah oleh Ibu Sri untuk menjadi calon menantu, bukan hanya ibu Sri saja yang menolak tapi Daffa juga. Apa lagi saat itu, masih ada wanita di masa lalu yang selalu diingat oleh Daffa.     

Satu demi satu orang orang di sana, mengatakan pendapatnya mengenai hal buruk yang di lakukan oleh Gina yang bisa mencoret ketenangan asrama kalau Gina terus berada di sana.     

"Sudah selesai?" tanya pak Joyo. Pria itu sudah diam sejak tadi, mendengarkan semua ucapan buruk yang dilontarkan untuk menantu nya, pak Joyo juga sudah memanggil istri para prajurit nya, dan beberapa orang senior yang pangkatnya tidak jauh dari mertua Gina.     

Pak Joyo menampilkan foto keluarga, milik nya dan juga keluarga Gina. Semua mata melotot dengan sangat tajam ketika tahu, siapa kedua orang tua Gina. Terlebih wanita yang tadi menghina Gina, hanya bisa tertunduk tidak bisa lagi berkata kata.     

"Menantu saya bukan orang tidak memiliki pendidikan, dia salah satu calon dokter terbaik dengan IPK yang luar biasa. Keluarga nya juga terpandang, bukan keluarga yang menurut kalian rendah, lalu sebelum menyebarkan beberapa fitnah yang bisa saja menjadi bumerang buat kalian semua, tolong di cari tahu lebih dulu. Pria yang kalian kata kan, adalah selingkuhan dari istri Kapten Daffa adalah saudara kandungnya sendiri, atau Abang nya yang sedang pergi bersama dengan istri Kapten Daffa ke Mall. Dan kalian bisa lihat beberapa bukti lain nya."     

Semua orang di sana terdiam, suami suami mereka sudah sangat takut, beberapa wanita yang tadi nya membenci Gina tiba tiba mendekati Gina dan meminta maaf. Insiden ini benar benar membuat mereka semua takut, bukan hanya para wanita itu tapi juga Gina.     

Cara bicara pak Joyo, memang singkat jelas dan padat tapi di balik itu semua penuh dengan begitu banyak penekanan yang ada sehingga membuat mereka sudah tidak bisa berkutik lagi.     

***     

"Maafkan istri kami Ibu Daffa," ucap seorang prajurit yang pangkatnya lebih rendah dari Daffa suami Gina.     

"Tidak apa apa, lain kali sebelum membenci seseorang harus tahu lebih dulu alasan nya membenci apa. Jangan jadi salah sasaran, tidak enak nantinya."     

Setelah mengatakan hal itu, Gina segera menyusul sang mertua yang masuk ke dalam mobil. Sidang secara singkat ini, baru pertama kali Gina ikuti dan hal itu membuat jantungnya berdetak dengan sangat kencang.     

##     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.